Seakan begitu nyata menuju kehancuran sebuah bangsa yang katanya akan sejahtera seperti emas.
Elu-elukan kebijakan tak masuk akal menguruskan ekonomi rakyat.
Membelendungkan kantong tikus-tikus kantor yang masih memiliki daya tampung.
Pagar laut dijadikan pendapatan, pemangkasan anggaran, fasilitas PNS menghambat kinerja kerjanya untuk melayani masyarakat, pendidikan gratis tertunda, makan gratis sementara membingungkan makan malam dengan apa, sebagian besar perusahaan melakukan PHK kepada karyawannya, hukuman berat bagi rakyat jelata, hukuman ringan bagi kebrengsekkan orang sampah pemilik harta haram.
Komedian bahkan berhenti tertawa melihat bagaimana kondisi terkini politik yang hampir melemahkan daya hidup para warga negara yang tersiksa, mereka mulai membuka mata dan pada akhirnya satu pilihan mencebloskan seluruhnya.
Entah sampai kapan siksaan ini terus dirasakan, dan entah sampai kapan mereka yang membuat kebijakan mendapatkan teguran alam akan ketidakadilan mereka kepada warganya.
Tuhan, Kau pasti mendengar jeritan menyedihkan ini. Kini, kami hanya percaya kepada-Mu dan segala kuasa-Mu.
Maaf Tuhan, maaf karena sering mengeluh dan mengatakan hal-hal kotor yang bahkan tanpa sadar kalimat itu dilarang oleh-Mu. Tapi, rasanya kami sudah muak dengan para petinggi yang semakin hari semakin menggila kebijakannya.
Sudahi atau semakin banyak rakyat sadar kalau negara ini tidak layak disebut sebagai negara melainkan neraka dunia.
0 Komentar