Ilustrasi ketika seorang penulis tengah sibuk mencari ide untuk cerita fiksinya. Foto:Pexels.com/Judit Peter |
Kamu suka menulis cerita fiksi? Ya, sama halnya seperti seorang perempuan kelahiran 2002 yang sukses membuat beberapa cerita di aplikasi daring dan di antaranya telah dijadikan versi cetak. Ia mampu menjadikan hobinya sebagai karya yang dikenal publik.
“Kalau
suka nulis itu, sebenarnya dari SD. Tapi kalau benar-benar yang
terjun serius ke dunia nulis dan aplikasi daring dari SMP, 2014-an, sih,” ucap perempuan yang akrab disapa Tasya.
Tasya menceritakan jika beberapa karyanya sebagian berasal dari kisah nyata, ada pula imajinasi yang berasal dari mimpi.
Gengster, salah satu judul cerita fiksi Tasya yang telah terbit. Foto/Wattpad @syaa__00 |
Dikatakan Tasya, dari salah satu cerita yang
telah terbit Gangster memiliki alur
yang diambil dari apa yang Tasya lihat dan alami. Sedangkan garis besar masalah
Gangster dan karakter tokoh diambil
dari sebuah kejadian tahun 2019 yang marak terjadi di masyarakat. Ia
menambahkan jika kisah romansa hanya sebagai bumu pelengkap dari cerita ini.
Tasya yang menjadi penulis muda memberitahukan role model penulisnya, yakni J.K.Rowling. Alasannya menjadikan Rowling sebagai role model karena Rowling yang bisa mengangkat derajat keluarga melalui tulisannya, dikenal karyanya “HarryPotter”.
Selain itu, karya Rowling yang membuat alur sulit ditebak, menarik
hingga masalah yang ada di dalam cerita tidak biasa, dan itu yang menurut
Tasya, karya Rowling menarik perhatian banyak orang.
Lebih lanjut, ketika ditanyakan terkait ada tidaknya satu judul cerita yang menurut penulis muda kelahiran 2002 ini merasa dirinya sekali di dalam cerita yang ia buat. Tasya mengatakan ada, satu karakter yang ia buat kehidupan keluarga dan beberapa sifat diambil berdasarkan dirinya sendiri.
“Judulnya 'UNDECIDED',” jawab Tasya.
Undecided, judul cerita yang dibuat oleh Tasya. Foto/Wattpad @syaa__00 |
Sinopsis
singkat dari Tasya, jika cerita ini ada seorang gadis yang memiliki latar
belakang keluarga kurang baik yang membuat gadis tersebut sulit mempercayai
laki-laki. Hingga gadis ini akhirnya bertemu dua sosok laki-laki yang
membuatnya sayang, dan percaya jika masih ada laki-laki baik di dunia ini.
Tasya juga menjelaskan, jika gadis tersebut mengalami perasaan sayang kepada
kedua laki-laki yang dikenalnya.
Mengulik lebih dalam cerita yang dibuat oleh Tasya, dirinya mengaku pernah membuat karakter laki-laki yang ia gambarkan seperti orang yang disukainya. Alsaki, nama tokoh laki-laki yang Tasya buat dengan karakter yang sayang keluarga, pandai bermain alat musik khususnya gitar, humoris, pengertian, sabar, dan perhatian.
Karakter laki-laki yang sangat baik hampir menjadi idaman semua kaum hawa, ya? Hahaha.
Selama terjun di dunia penulisan fiksi, Tasya dan mungkin hampir semua penulis juga pernah merasakannya. Ya, mengalami stuck ketika alur cerita sudah di tengah jalan.
Tasya mengatakan, jika ia pernah
sampai tiga atau empat bulan mengalami hal tersebut. Tasya pun mengatasinya
dengan membaca ulang ceritanya, membaca catatan alur cerita tersebut hingga
menonton film atau membaca buku fiksi dari penulis lain untuk memancing
imajinasinya muncul kembali.
Hobinya
yang suka menulis membuat imajinasi Tasya terkait alur cerita terus datang
tanpa diundang. Entah sedang di jalan, bengong, imajinasi memenuhi lembar
kertas kosong yang digunakan untuk mencatat setiap ide yang muncul di otaknya
agar tidak lupa. Sedangkan karakter tokoh cerita, Tasya ambil dari orang
sekitarnya atau dari orang yang ia kagumi.
Pertama dirinya menulis, kemudian memberanikan diri memublikasikan ceritanya ke aplikasi daring. Tasya rajin mempromosikan setiap ceritanya yang telah diunggah ke aplikasi daring tersebut.
Tasya teringat salah satu penulis yang
mengatakan, jika kamu menulis dari hati, kamu akan lebih fokus ke isi cerita
dan tidak akan berhenti, juga jadikan angka serta llike sebagai bonus dari apa yang kamu tulis.
Selama
ia menulis dan mengunggah ceritanya di aplikasi daring, Tasya selalu meminta
kritik dan saran ke pembaca. Ia jadikan kritik dan saran tersebut sebagai
masukan dan pelajaran untuk cerita Tasya selanjutnya agar lebih diperbaiki dan
baik lagi.
Sampul cerita, Tasya menjawab ia membuatnya sendiri. Namun, untuk beberapa ceritanya yang telah diterbitkan dipastikan sampul bukunya dibuat oleh penerbit yang bersangkutan. Dan biasanya, sampul buku tersebut akan disesuaikan oleh kemauan Tasya sebagai penulis yang mengetahui bagaimana ceritanya tersebut secara keseluruhan.
Jika diajak flashback, Tasya ketika menyelesaikan cerita pertamanya di aplikasi daring. Ia mengatakan pada dirinya sendiri, kalau ingin sekali cerita pertamanya agar dinovelkan. Sampai di setiap salat, doa Tasya ingin agar cerita pertamanya yang telah berakhir dijadikan novel oleh sebuah penerbit.
Rasa syukur ketika doa Tasya terkabul dalam
jangka waktu yang cukup singkat, perasaan senang menghiasi hatinya ketika
karyanya pun dapat diterbitkan menjadi novel.
Setelah dapat menjadikan ceritanya ke versi cetak, ia mengaku sedang kepikiran agar ceritanya dapat dibuat versi film. Tasya sedang banyak berdoa dan berusaha supaya semakin banyak lagi orang yang mengenal ceritanya, serta diberi kesempatan dijadikan film.
Sedikit jawaban dari Tasya, ia ternyata sudah kepikiran siapa
yang akan menjadi pemeran utama laki-laki
dan pemeran utama perempuan untuk salah satu ceritanya. Siapa ya,
kira-kira?
“Cowok
itu, aku kepikiran banget sama Al Ghazali. Kalau perempuannya ada Diandra Agatha. Alasannya karena mereka cukup masuk sama karakter yang aku buat,” tutur
Tasya.
Di pengunjung wawancara, Tasya menjelaskan arti menulis bagi dirinya. Ya, menulis itu pelarian bagi Tasya. Setiap ia menangis, sedih, maupun bahagia selalu lari ke menulis. Seperti, menulis adalah hal yang paling menyenangkan menurutnya.
Tasya mengungkapkan setelah menulis dirinya merasa sangat lega, seperti
telah mengeluarkan beberapa ton hal yang ada di otak, termasuk rasa marah.
Nah, setelah mengetahui cerita dan ilmu dari Tasya sebagai penulis muda. Ada pesan dan tips untuk kamu yang sedang atau baru memulai terjun ke dunia menulis terutama membuat cerita fiksi.
Pesannya, jangan minder duluan sama cerita orang
lain dan ragu untuk terus menulis karena semua karya bagus. Dan jangan pernah
menulis karena dari hasil llike dan
pembaca, karena akan cepat berhenti menulis serta menyerah di tengah jalan,
ucap Tasya.
“Tips
dari aku, konsistenlah menulis. Atur waktu sedemikian rupa supaya seimbang
ngejalanin semuanya,” lanjut Tasya.
Dimulai dari kesukaannya pada menulis sejak SD hingga cerita-ceritanya dapat dikenal oleh banyak orang.
Memang tak semudah itu menjadi penulis, apalagi
membuat alur cerita hingga bab terakhir. Harus penuh imajinasi dan ide entah
berasal dari kisah nyata maupun dari mimpi seperti apa yang Tasya ungkapkan di
atas. menulis difokuskan pada cerita yang dibuat bukan berdasarkan dari
like dan berapa banyak pembaca.
Tulisan ini sebelumnya telah diunggah di Kumparan.com
https://kumparan.com/dita-mawanda-1653723818198716320/tulisan-fiksi-jadikan-karya-1yBKUH920Vp
0 Komentar