Sumber: pexels.com |
(Poetry-TulisanTaa) - Indonesia sedang tidak baik-baik saja, berbagai tembakan dan panahan dari berbagai sudut kubu dengan kepentingannya masing-masing. Entah apa yang masih belum juga diraih atau semakin besar ketamakan akan yang sudah didapatkan.
Jajaran barisan terdepan dengan kerah putih melingkari leher besarnya, perut buncit yang semakin menonjol, ketawa karir yang seperti sedang mengolok-olok para pasukan cadangan yang mungkin hanya sebagai senjata darurat saja.
Penguasa mengemis kepada rakyatnya di titik awal, setelah berada di garis finish perayaannya digantikan dengan jeritan para masyarakat tak berdaya yang sebelumnya pernah diratukan.
Gemuruh sahut-sahutan saling mendorong ke tebing kematian, pro kalau ingin selamat dan kontra jika memang ingin mati berdiri di tempat. Kebingungan yang dibuat-buat seakan menjadi topeng para atasan itu untuk terus menjalankan misi mereka masing-masing.
Bungkam dia yang terus berteriak akan keadilan dan bebaskan dia yang mampu seperti tikus liar namun penurut itu.
Kaum bodoh tetaplah dibiarkan bodoh, tipu daya akan keuntungan yang nyatanya hanya memberi kesukaran tanpa sadar. Dibiarkan bersenang-senang karena di depannya jeritan tangis sedang menanti gilirannya.
Jajaran tingkat atas, ralat, jajaran negara yang sebagian besarnya tidak ada yang bisa diandalkan. Kata lain, "tidak berguna".
Kami rakyat Indonesia memang dituntut untuk melindungi diri sendiri, sementara pemerintahannya sibuk dengan obrolan santai seraya menyeruput secangkir kopi di tengah gemerlap silver yang bertebaran di sekeliling mereka.
Miris, sungguh miris. Ini komedi tapi bukan tentang tawa dan sumringah.
Penulis: Dita Mawanda
Editor: Dita Mawanda
0 Komentar